Godaan untuk berbohong selalu melekat pada diri setiap orang. Apa pun level sosial, profesi, dan berapa pun umurnya. Lalu, faktor apakah yang membuat orang berbohong?
Menurut peneliti Amerika Serikat, seseorang berbohong karena takut menanggung risiko setelah mengatakan yang sebenarnya.
Namun demikian, berbohong ternyata menimbulkan efek samping baik fisik maupun mental seseorang. Ketika seseorang berbohong, ia akan cemas. Perasaan ini menyebabkan pelepasan hormon kortisol yang selanjutnya mengurangi kelebihan produksi endorfin (hormon yang memacu kebahagiaan).
Respons yang dihasilkan tubuh, tergantung pada pikiran Anda. Saat Anda khawatir, hormon kortisol bakal meningkatkan level kadar gula darah dan menekan sistem kekebalan tubuh. Pada fase ini, tekanan darah dijamin meningkat.
Berbohong dalam urusan asmara juga akan menjadi beban sosial lantaran Anda telah menyabotase hubungan dengan pasangan. Hal ini akan menempatkan Anda dalam keadaan stres yang sewaktu-waktu dapat hilang dan muncul kembali. Entah saat Anda sedang beristirahat, di kantor, atau bisa jadi di rumah.
Jika Anda terperangkap dalam sebuah situasi, rileks saja.. Anda akan menghadapi sedikit risiko ketika berkata yang sebenarnya ketimbang harus berbohong. Cukup dengan maaf. Jika orang di sekeliling memahami Anda (termasuk pasangan), mereka bakal mengerti situasi yang Anda hadapi.
Ingatlah, berbohong dapat membuat Anda ketagihan seperti narkoba dan menggerayangi malam-malam Anda...
Senin, 23 Mei 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar