Minggu, 28 November 2010

Bahasa ‘Alay’ Cemari Bahasa Indonesia

Belakangan ini bahasa ‘alay’ atau bahasa gaul merebak di kalangan remaja. Bahasa ‘alay’ sendiri adalah bahasa lisan yang dituliskan sehingga mengandung unsur bahasa tulisan. Bahasa alay mudah ditemui dalam pesan pendek (SMS) yang dikirim dari kalangan muda.
Tanpa disadari bahasa yang muncul karena kreativitas bahasa yang dimiliki oleh anak-anak muda ini dapat mempengaruhi kebiasaan berbahasa resmi.
“Jenis bahasa ‘alay’ ini hanya ada di Indonesia, karena di negara lain seperti Amerika tidak ada yang tahu bahasa seperti ini,” kata Prof Dr Esther Kuntjara, pakar linguistik Universitas Kristen Petra Surabaya.
Menurutnya, perkembangan bahasa ‘alay’ dapat dilihat dari dua sisi. Satu sisi bahasa ‘alay’ menunjukkan kreativitas anak-anak muda. Namun, di sisi lain dapat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari-hari sehingga mempengaruhi bahasa tulis anak-anak muda. “Ketika harus menulis secara resmi, dikhawatirkan kebiasaan menulis dengan bahasa ‘alay’ muncul,” katanya.
Salah satu indikatornya, dalam ujian tertulis di sekolah atau kampus, siswa dan mahasiswa cenderung menyingkat kata yang tidak biasa. Kebiasaan ini, kata Esther, akan membuat kita semakin sulit untuk mendefinisikan berbahasa satu, bahasa Indonesia seperti yang diikrarkan pada Sumpah Pemuda.
“Sekarang ini saat ujian tulis terkadang muncul singkatan-singkatan yang kerap digunakan siswa saat melakukan sms atau chatting di facebook,” katanya.
Esther menyontohkan penulisan ‘tempat’ jadi ‘t4’, ‘mata-mata’ jadi mata” , ‘you’ jadi ‘u’, ‘apa’ jadi ‘aPa’ dan sebagainya. Disinyalir gaya bahasa yang sangat santai dan tidak memperhatikan kesopanan tersebut lambat naun dapat mengubah gaya hidup generasi muda.
Selain itu bahasa Indonesia yang selama ini menjadi bahasa “Ibu” akan tergeser dengan gaya bahasa tersebut.
“Akan semakin sulit bagi orang Indonesia untuk menggunakan bahasa nasional dan budaya nasional yang dimiliki oleh seluruh bangsa Indonesia,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar